Adanya kasus dua perusahaan transportasi berbasis ojek masih menjadi polemik di tengah berita carut-marutnya situasi perpolitikan dan perekonomian kita. Meski bagi beberapa orang perusahaan dan servis dari mereka bermanfaat, tapi di sisi lain... pengemudi ojek yang berada di lapangan rentan ribut dengan pada pengemudi dan penjaja jasa ojek pangkalan. Jelas, hal ini tak bisa dengan mudah diselesaikan dan dicari titik tengahnya. Karena sebuah usaha dianggap "mencuri pasar" dari usaha lain yang telah ada.
Rental Mobil Surabaya pun tak mungkin hanya bertindak sebagai pengumpul pundi-pundi atau usaha yang mencari keuntungan semata dari segi transportasi jika semisal dihadapkan pada situasi serupa. Karena bila seorang sopir Sewa Mobil Surabaya sampai mengalami keributan dengan pihak lain, tandanya ada yang kurang beres dari segi operasional yang meski dicari penyebabnya. Oleh karena itu, daripada menghindari konflik dengan pihak lain maka jalan terbaik bagi kami adalah mengikuti prosedur dan regulasi yang berlaku supaya payung hukumnya bisa jelas.
Tapi terkadang, di Indonesia ini terkadang timbul hal yang aneh terkait regulasi. Yakni ketika suatu aturan yang baru diterapkan terlihat berjalan tak selaras dengan sistem yang telah ada dan menimbulkan protes. Ketika bis sekolah gratis diadakan di Malang, sopir angkot pun mengadakan demo dan memprotes kebijakan tersebut. Padahal awalnya kebijakan tersebut hanya untuk membantu golongan miskin dari segi transportasi untuk bisa berangkat ke sekolah: http://regional.kompas.com/read/2015/01/22/12553011/Sopir.Angkot.Demo.Tolak.Bus.Sekolah.Wali.Kota.Malang.Menangis.
Jika hal ini diterapkan di Kota besar seperti Surabaya pun sudah pasti akan mendatangkan polemik karena sudah pasti bentrok dengan sopir angkot atau armada transportasi lain, seperti yang pernah terjadi: http://m.liputan6.com/news/read/56297/rute-bus-sekolah-di-surabaya-diminta-ditinjau-ulang. Karena sepanjang pengetahuan Sewa Mobil Surabaya, ada beberapa jasa transportasi yang turut andil di dalamnya. Misalnya saja angkot yang sejak dulu ada. Serta adanya jasa antar-jemput serta bus umum yang kadang digunakan para siswa tersebut untuk menuju ke sekolah. Tapi berdasarkan perkembangan yang berlaku kemudian, bus sekolah tersebut diteruskan beroperasi. Mungkin langkah itu dipilih setelah adanya dialog dengan beberapa pihak terkait. Beritanya sendiri bisa kita lihat pada tautan: http://surabaya.tribunnews.com/2015/03/16/sepi-penumpang-dishub-akan-evaluasi-rute-bus-sekolah serta http://www.surabaya.go.id/infopenting/detail.php?id=3941.
Bila kita melihat hal macam bus sekolah ini bisa tertangani, maka hal lain yang bisa menjadi PR Pemerintah baik pusat atau daerah adalah penerbitan kebijakan yang kadang menyengsarakan sektor usaha. Seperti artikel yang ditemukan Sewa Mobil di Surabaya dan ditulis secara jenaka berikut ini: http://www.hikayatbanda.com/2015/05/sombongnya-orang-sabang.html
Pada tautan tersebut, nampak adanya benturan karena perubahan regulasi yang berlaku akibat ganti kepemimpinan. Akibatnya, banyak mobil yang telah didatangkan tidak bisa dipergunakan sebagaimana mestinya karena tak bisa balik nama atau surat izin jalan. Kendaraan tersebut akhirnya hanya dioperasikan di internal pulau tersebut. Dan karena suku cadang mobil itu amat sangat terbatas serta sulit diperoleh karena bukan merupakan mobil massal yang umum mengaspal jalan di Indonesia, maka yang terjadi adalah kanibalisme. Yaitu mempreteli suku cadang mobil satu demi mempertahankan mobil sejenis lain supaya bisa berjalan. Padahal, mengimpor mobil butuh biaya yang tak sedikit bukan?
Semoga kedepannya, berbagai peristiwa yang telah dilewati ini bisa menjadi pelajaran; serta... Rental Mobil di Surabaya dan kita semua mendapati iklim usaha yang lebih baik untuk terus menapaki hidup dan berkarya di Indonesia ini.